expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Wednesday, July 30, 2008

Synopsis novel STR

Synopsis novel Sebongkah Tanah Retak
Penulis : Rida Fitria
Ijah, seorang perempuan miskin yang pernah melakukan kesalahan di masa remajanya sehingga membuahkan seorang anak laki-laki. Demi buah hatinya ia menyediakan diri menjadi petarung dalam kehidupan, berdarah-darah oleh luka dari setiap pergulatan. Sakit, namun ia tak menyerah.

Sebagai seorang Ibu, Ijah telah mengikat dirinya sendiri dalam sebuah janji. Bahwa anak adalah amanah Tuhan yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab. Saat seorang perempuan memiliki bayi, maka ia telah kehilangan sebagian dari keinginan dan ambisi-ambisi pribadinya. Sebagaimana pepatah, kasih ibu sepanjang masa, Ijah pun melanglang buana bekerja sebagai PRT di Saudi Arabia. Demi impian menyediakan kehidupan yang lebih baik bagi anak lelakinya, maka Ijah mengabaikan rasa sakit dari setiap siksaan fisik dan psikis dari sang majikan. Dua tahun di Saudi kian menyadarkannya, betapa sedih menjadi seorang miskin. Ijah pun bertekad, memutus mata rantai kesengsaraan dan kemiskinan dari jalan kehidupan anak lelakinya.
Pulang ke tanah air, mendarat di bandara Soekarno-Hatta, dan melalui banyak pos yang bersikap mengintimidasi. Pungutan liar adalah persoalan lain yang tak kuasa dilawannya. Meski tak rela, Ijah dan buruh perempuan lainnya yang baru pulang dari luar negeri ini tak mampu berbuat banyak.
Ijah memulai kehidupan barunya di kampong dengan berwirausaha. Meski single parent, ia bahagia bersama anak lelakinya. Hubungan dengan saudara-saudara kandungnya pun membaik. Marji, kakak lelakinya ikut membantu dalam merawat ternak-ternak milik perempuan itu. sementara Ijah sibuk mengurus warung kelontong, anak perempuan Marji yang putus sekolah ikut mengasuh anak lelakinya yang kini mulai belajar di TK.
Suatu hari, Marji dan keluarganya mengalami kecelakaan parah. Suami isteri tersebut tewas dengan meninggalkan 3 anak yang kemudian ada dalam tanggungan Ijah. Belum selesai dengan biaya rumah sakit, seorang keponakan lelakinya harus diamputasi. Setelah penggadaian rumah alm. Marji, Ijah pun merelakan ternak-ternaknya dijual untuk menutupi kekurangan biaya yang membengkak.
Kesulitan ekonomi kembali menelikungnya. Hampir saja ia kehilangan keponakan perempuannya karena praktik trafficking. Untuk kedua kalinya, Ijah ‘terpaksa’ melanglang buana lagi. Kali ini nasib membawanya ke Hong Kong. Ia mulai dari nol lagi. Terluka lagi, menangis lagi, dan nyaris kehilangan nyawa. Lalu ia bertemu dengan teman-teman aktivis buruh yang kemudian membelanya tanpa pamrih. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Ijah menangis bahagia. Mereka membuatnya tercerahkan, bahwa dirinya berharga. Dan pantas mendapatkan yang terbaik dari yang telah ia perjuangkan.**

No comments: