Saya mudik, bertemu ibu dan dua saudara kandung. Dan tak lupa membawa peralatan 'perang' saya, alat-alat bekam. Adik saya kurang sehat, sementara di tempat kerja ia dituntut - tak jarang - mengerahkan seluruh tenaganya. Seperti semalam, kapal besar yang memuat batu bara harus ia turunkan menggunakan alat-alat berat semacam traktor. Terkadang sebuah insiden tak terhindarkan ketika katrol menjatuhkan barang yang terangkut ke darat,
lalu secara manual adik saya harus 'membereskan' semua itu, sendirian. Untungnya sehari sebelum peristiwa yang menguras tenaga itu, ia sudah saya bekam. Jadi badannya lebih segar dan bertenaga sekalipun jadwal kerja malam membuatnya memangkas waktu tidur.
Selain adik laki-laki, kakak perempuan adalah pasien saya berikutnya. Dan para tetangga juga tak mau ketinggalan. Terus terang, bekam itu pekerjaan yang cukup berat. Tapi saya suka manakala pasien menyatakan kelegaannya setelah rasa sakit mereda.
Sudah lama saya melakukan upaya-upaya supaya lebih banyak lagi muslimah yang memiliki kemampuan untuk membekam, karena pengobatan ini 99% tak ada efek negatif. Bertahun-tahun saya menjadi praktisi hijamah/bekam, tak seorangpun pasien mengeluh pasca pembekaman kecuali badannya yang menjadi lebih sehat. Dan tiga hari ini dengan belasan pasien yang saya tangani, dengan berbagai keluhan sebelum dibekam, pada akhirnya saya 'dibayar' dengan senyum kelegaan bahwa derita mereka perlahan berakhir. Bayangkan seorang penderita hipertensi akut yang selama sekian bulan tidak bisa menoleh, betapa menderita, ditambah salah satu bola mata yang nyaris melompat keluar, hanya karena darah kotor yang meracuni tubuhnya. Lalu saatnya dilakukan operasi kecil, deraan sakit itu mereda.
Hal-hal inilah, selain yang utama berharap kasih-sayangNya, yang menjadi alasan kenapa hingga hari ini sejak tahun 2008 saya terus bertahan menjadi relawan pengobatan hijamah. Semoga Allah senantiasa melindungi diri saya dan keluarga serta anak cucu dari keburukan dunia yang dapat melupakan dan menjauhkan kami dari Nya. amienn.
lalu secara manual adik saya harus 'membereskan' semua itu, sendirian. Untungnya sehari sebelum peristiwa yang menguras tenaga itu, ia sudah saya bekam. Jadi badannya lebih segar dan bertenaga sekalipun jadwal kerja malam membuatnya memangkas waktu tidur.
Selain adik laki-laki, kakak perempuan adalah pasien saya berikutnya. Dan para tetangga juga tak mau ketinggalan. Terus terang, bekam itu pekerjaan yang cukup berat. Tapi saya suka manakala pasien menyatakan kelegaannya setelah rasa sakit mereda.
Sudah lama saya melakukan upaya-upaya supaya lebih banyak lagi muslimah yang memiliki kemampuan untuk membekam, karena pengobatan ini 99% tak ada efek negatif. Bertahun-tahun saya menjadi praktisi hijamah/bekam, tak seorangpun pasien mengeluh pasca pembekaman kecuali badannya yang menjadi lebih sehat. Dan tiga hari ini dengan belasan pasien yang saya tangani, dengan berbagai keluhan sebelum dibekam, pada akhirnya saya 'dibayar' dengan senyum kelegaan bahwa derita mereka perlahan berakhir. Bayangkan seorang penderita hipertensi akut yang selama sekian bulan tidak bisa menoleh, betapa menderita, ditambah salah satu bola mata yang nyaris melompat keluar, hanya karena darah kotor yang meracuni tubuhnya. Lalu saatnya dilakukan operasi kecil, deraan sakit itu mereda.
Hal-hal inilah, selain yang utama berharap kasih-sayangNya, yang menjadi alasan kenapa hingga hari ini sejak tahun 2008 saya terus bertahan menjadi relawan pengobatan hijamah. Semoga Allah senantiasa melindungi diri saya dan keluarga serta anak cucu dari keburukan dunia yang dapat melupakan dan menjauhkan kami dari Nya. amienn.
No comments:
Post a Comment