expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Friday, May 13, 2016

Menandai Waktu; Keseharian Seorang Penulis

Kenangan bersama penulis nasional-internasional di Ubud-Bali.
Waktu berlalu seperti angin. Menukik, menghempas, dan melesat pergi lalu dilupakan begitu saja. Keseharian sekadar rutinitas. Bangun pagi, shalat subuh, beberes rumah, masak, sarapan pagi. Lalu berkonsentrasi pada pekerjaan-pekerjaan yang menuntut perhatian lebih, mengurus anak yang paling kecil dan menjaganya sepanjang ia membutuhkan kehadiran ibunya. Jika si kecil sedang tenang atau tidur siang, waktu yang ada benar-benar digunakan untuk menulis atau membaca buku referensi.

Menjadi penulis adalah sebuah panggilan, berdamai dengan sudut yang sepi dan kesendirian. Orang yang suka dengan keramaian rasanya agak mustahil memiliki ketertarikan pada dunia 'pertapa' ini. Saya pribadi 'merasa' dilahirkan sebagai penulis, karena sejak kecil sudah sangat menyukai buku-buku. Lalu tanpa disadari mulai terdorong menulis untuk membuat diri sendiri lebih baik. Sudah sejak usia dini, saat sekolah dasar, saat sedih dan galau lalu menulis di buku diari. Meski tidak menyadari, dan tidak tahu, jika di dunia ini ada profesi yang disebut penulis.

Jadi, pada awalnya, menulis hanyalah mengikuti dorongan hati semata. Barulah masa-masa SMA mulai menulis cerpen dan dikirim ke sebuah majalah. Dan sukses, ditolak. Namun tak pernah berhenti menulis. Walaupun kemudian menjadi malas mengirimnya ke majalah-majalah atau koran-koran. Dan di beberapa kesempatan lomba menulis tingkat SMA di Malang, dalam sebuah jambore pelajar se Jawa Timur, pernah masuk lima besar kategori karya tulis ilmiah.

Sampai masuk bangku kuliah, masih juga gak ngeh jika profesi penulis itu benar-benar ada dan mungkin. Lewat jalur PMDK pada tahun 1995, kemudian tercatatlah diriku secara resmi sebagai mahasiswa di Fakultas Ilmu Pendidikan Univ. Malang ( saat itu masa-masa peralihan awal dari IKIP Negeri Malang ke UM ). Seandainya tahu tentulah memilih fakultas yang ada bahasa dan sastranya saja. hehehe

Faktanya, menjadi penulis bisa otodidak juga. Gak perlu gelar atau harus lulusan apa. Asal punya bakat dan mengembangkannya secara sungguh-sungguh, insyaallah tercapai.

Sisi lainnya, menjadi penulis adalah belajar menjadi seorang manusia yang pandai mendengarkan. Segala sesuatu memiliki suaranya masing-masing, apakah ia seorang  laki-laki, perempuan, anak-anak bahkan seorang bayi. Bahkan sebuah pohon, sebidang tanah, dan sekumpulan air. Mereka semua adalah sumber tulisan, mewakili sebuah isu, dengan kisahnya masing-masing.

Dengan keberadaan seorang penulis, waktu yang melesat bagai angin, lalu dibidiknya dengan elegan. Diabadikan dalam bentuk buku, atau tulisan-tulisan pendek di dalam blog.

Ocehan sore, Jum'at 13 Mei 2016

No comments: